watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita Sexs
Training Nikmat

Kisah ini berawal ketika aku sering ditugaskan
kantorku ke luar kota untuk
mengikuti training, melakukan negosiasi dan
maintain pelanggan yang
umumnya adalah perusahaan asing.
Oh ya, saya John, 32 tahun, berkeluarga dan
tinggal di wilayah timurnya
Jakarta. Bekasi kali ye. Sebetulnya sejauh ini tidak
ada yang kurang
dengan keluarga dan profesiku sebagai orang
marketing. Sebagai tenaga
penjual dengan berbagai training yang pernah
kuikuti aku tidak pernah
kekurangan teman, pria maupun wanita. Di mata
istriku aku adalah seorang
ayah yang baik, penuh perhatian dan selalu
pulang cepat ke rumah. Namun di
balik itu, sebuah kebiasaan, yang entah ini sudah
kebablasan, aku masih
suka iseng. Iseng dalam arti awalnya cuma ingin
memastikan bahwa ilmu
marketing ternyata bisa diterapkan dalam mencari
aPapaun termasuk teman
cewek, hehehe..
Marketing menurutku bersaudara dengan rayu
merayu customer, yah si cewek
tadi juga bisa tergolong customer. Anyway,
Anne adalah orang kesekian yang
masuk perangkap ilmu marketing versi 02 (versi
01 adalah customer
beneran). Anne gadis berkulit putih berusia 23
tahun, lulusan universitas
ternama, tinggi 167, berat 50, (buset, kapan gue
ngukurnya ya). Ukuran bra
gak hapal, karena sebetulnya aku lebih
terkonsentrasi dengan yang di balik
bra itu. Mojang Bandung ini kukenal dalam
sebuah training di Puncak,
Bogor. Dia dari sebuah perusahaan Periklanan di
seputaran Sudirman Jakarta
dan aku dari perusahaan konsultan Manajemen di
sekitar Casablanca, juga di
Jakarta. “Hai Anne, tadi kulihat kamu ngantuk ya?”
kataku ketika rehat
kopi sore itu di sebuah training yang kuikuti. “Iya
nih, gue ngejar
deadline 2 hari dan boss langsung nyuruh ke
training ini” katanya. “Kemari
dengan siapa?” kataku menyelidik “Sendiri.., napa,
elo diantar ama bini
ya?” Buset dah ketahuan nih gue udah punya bini.
“Ah, enggak, gue sama
Andre.. tuh..” kataku sambil menunjuk Andre
yang sedang asyik ngobrol
dengan peserta lain. “Lo sendiri kok gak ngantuk
sih?” “Gimana bisa
ngantuk sebelah gue ada cewe cakep, hehehe..”
“Ah, masa? Siapa?” Ye, pura
pura dia, pikirku. “Itu tuh, yang tadi ngantuk..”
“Ah, sialan lo..” sambil
tangannya mencubit lenganku.
Usai sesi yang melelahkan sore itu, kami kembali
ke kamar masing masing.
Aku antar dia sampai pintu kamarnya dan janjian
ngobrol lagi sambil makan
malam. “Hmm..elo kok nggak bawa jaket An?”
kataku ketika dia kulihat agak
meringkuk kedinginan di meja makan. “Iya nih,
buru buru.. kelupaan” “Aku
masih punya satu di kamar, biar aku ambilkan”
“Oh, gak usah John.. toh
cuma sebentar..” Tapi aku keburu pergi dan
mengambilkan baju hangatku
untuknya. “Thanks, John.. elo emang temen yang
baik” katanya sambil
mengenakan sweater. Aku membayangkan
seandainya aku jadi sweater,
heheheh.. Usai makan nampaknya dia buru buru
ingin masuk ke kamar. Anne
tidak menolak ketika aku menawarkan
mengantarkannya. Di depan pintu kamar
dia malah menawarkan aku masuk, pengen
ngobrol katanya. Alamak, pucuk
dicinta ulam tiba. Aku pura pura lihat jam.
Masih jam besar 20.15. “Lain kali aja deh, gak
enak kan ntar apa kata
teman teman” kataku agak nervous tapi dalam
hati aku berdoa, mudah mudahan
dia tidak basa basi. “Cuek aja John, kita kan ada
tugas bikin outline..”
Memang kebetulan aku dan Anne satu group
dengan 3 orang lainnya, tetapi
tugas itu sebetulnya bisa dikerjakan besok siang.
Akhirnya aku masuk,
duduk di kursi. Anne menyetel TV lalu naik ke
ranjang dan dengan santai
duduk bersila. “Gimana An, kamu udah punya
gambaran tentang tugas besok?”
kataku basa basi. “Belum tuh, males ah
ngomongin tugas, mending ngobrol
yang lain saja” Horee.. aku bersorak, pasti dia
mau curhat nih. Bener
juga. “John, gue jadi inget cowok gue yang
perhatian kayak elo..sama bini
elo juga begitu ya?” “Yah, Anne.. biasa sajalah,
sama siapa siapa juga
orang marketing harus baik dong, apa lagi sama
cewe kayak elo.. hehehe..”
“Tapi gue akhirnya mengerti kalau cowo
perhatian itu gak hanya punya satu
cewe, tul gak sih?” “Tergantung dong An,
buktinya gue punya bini satu,
hahaha..” “Tapi kayaknya elo juga punya cewe
lain.. ya kan?” “Kok tau
sih?” kataku pelan. Aku jadi ingat Vina mahasiswi
yang minta bantuanku
menyelesaikan skripsinya dan akhirnya bisa tidur
dengannya. Tapi sungguh,
aku tidak merusaknya karena aku mengenalnya
dengan cara baik baik dan dia
tetap virgin sampai akhirnya menikah. “Stereotip
saja, berbanding lurus
dengan keramahan dan perhatiannya” katanya
lagi dengan senyum yang genit.
“Kenapa emang An, elo lagi ada masalah dengan
cowo lo yang ramah itu?”
“Justru itu John, gue lagi mikir mau putus sama
dia. Eh, sori kok malah
curhat..” “Santai aja An, setiap orang punya
masalah dan banyak cara
menghadapinya” kataku seolah psikolog
kawakan. “Gue melihat dia jalan ama
temen gue, dan kepergok di kosan temen gue itu”
“Trus?” “Gue gak bisa
maafin dia..” “Ya, sudah mungkin kamu masih
emosi saja, santai saja dulu
masih banyak pekerjaan. Toh kalau jodoh dia
pasti pulang ke pangkuanmu..”
kataku. “Kadang gue pengen balas aja, selingkuh
sama yang lain, biar
impas..” “Hmm.. tapi itu kan gak menyelesaikan?”
“Biar puas aja..” Tiba
tiba dia menangis. Wah gawat nih, pikirku. Aku
mendekat dan berusaha
membujuknya. Lalu entah bagaimana ceritanya
aku sudah memeluknya. “An,
jangan nangis, entar orang orang pada dengar”
Bukannya mereda, tangisnya
malah makin keras. Kudekap dia sehingga
tangisnya teredam di dadaku.
Jantungku berdebar tak karuan. Telunjukku
menyeka air matanya. Kupandangi
wajahnya. Bodoh amat nih cowoknya, cewe
cakep begini kok disia siakan
pikirku. Dan tanpa sadar aku mencium pipinya,
dia melihatku dengan mata
sayu lalu tiba tiba Anne membalas dengan
kecupan di bibir. Wah, seperti
keinginan gue nih, pikirku dalam hati. Dan seperti
kehilangan kontrol
akupun membalas menghisap bibir mungil yang
harum dan merekah itu. Anne
membalas tidak kalah hotnya. Napasnya terengah
engah tanda napsunya mulai
naik. Dengan lembut kutidurkan dia. Dan dengan
lembut pula tanpa kata
kata, dari balik sweater aku sentuh kedua bukit
kembar menantang itu. Anne
mendesis desis. “Terus John, perhatian elo bikin
gue jadi wanita..”
“Tenang sayang, wanita seperti kamu memang
pantas diperhatikan.. hmm?”
Seperti minta persetujuannya, perlahan aku
angkat sweater dan tshirtnya.
Sekarang kedua bukit kembarnya terbuka. Buset
dah, putingnya sudah
menonjol keras dan tak ada waktu lagi untuk tidak
menyedotnya. Aku memang
paling hobby menetek dan menghisap benda
terindah di dunia ini. Anne terus
mendesis desis.
Tangannya juga sudah menggenggam senjataku
yang mulai mengeras. “Uh..
ahh.. uh..” “Anne.. tubuhmu indah sekali..”
Kataku memuji seperti halnya
memberi pujian kepada customer perusahaanku.
“Ayo, John.. jangan dilihat
saja, aku rela kamu apakah saja..” “Iya, sayang..”
kataku, sambil tanganku
merogoh bagian depan celana jinnya. Tangannya
membantu membuka retsileting
dan dengan cepat Anne sudah terlihat dengan CD
warna kremnya. Hmm, seksi
sekali anak ini, pikirku. Hmm..dari balik CD-nya
terlihat bulu bulu halus
dan hitam legam. Uh, aku sudah tidak sabar lagi
namun dengan tenang aku
mengelusnya dari luar. Anne menggelijang,
matanya terlihat saya menahan
gejolak. Perlahan kuturunkan CD-nya. Uh, sodara
sodara, tercium aroma yang
sangat kukenal, dia pasti merawat benda yang
paling dicari semua laki laki
ini dengan baik. “Anne.. boleh aku cium?” bisikku
pelan. Anne mengangguk
lemah dan tersenyum. Perlahan Anne
merenggangkan kedua kakinya. Pasrah.
Dengan kedua jariku, kubuka vaginanya dan
terlihat klitorisnya yang merah
merekah. Basah. Sungguh indah dan harum.
Kujulurkan lidahku di sekitar
pahanya sebelum mencapai klitorisnya. Anne
mendesis desis dan mulai
meracau dan terlihat seksi sekali. “Ayo, John..
jangan buat gue tersiksa..
terus ke tengah sayang..” Aku malah menjilat
bagian pusernya membuat dia
uringan uringan dan makin bernafsu. Bermain
sex memang perlu teknik dan
kesabaran tinggi yang membuat wanita merasa
di awang awang. “Johnn.. gila
lo, ke bawah sayang.. please..” “Hmm.. iya nih,
gue emang udah gila
melihat memek yang indah ini sayang” kataku
terengah engah. Akhirnya
lidahku hinggap di labia mayoranya. Kusibak
dengan lembut rimbunan hutan
yang sudah becek itu. Kuhurip cairan yang
meleleh di sela selanya.
Kelentitnya kuhisap seperti menghisap permen
karet. Akibatnya pantatnya
terangkat tinggi dan Anne menjerit nikmat.
Lidahku terus merojok sampai ke
dalam dalamnya. Kuangkat pantatnya dan
kupandangi, lalu kusedot lagi. Anne
berteriak teriak nikmat.
Aku jadi kuatir kalau suaranya sampai keluar.
Kupindahkan bibirku ke
bibirnya. “Tenang sayang, perang baru dimulai..”
Kataku berbisik. Ia
mengangguk dan perlahan aku putar posisi
menjadi 69. Posisi yang paling
aku sukai karena dengan demikian seluruh isi
memeknya terlihat indah.
Batangku juga sudah terbenam di bibirnya yang
mungil dan terasa hangat
serta nikmat sekali. Kutahan agar aku tidak
meletus duluan. “Punya kamu
enak John..” Pujinya layaknya memuji Customer.
“Iya, sayang punya kamu
lebih enak dan baguss sekali..” kataku terengah
engah. “Uh, becek
sayang..” Aku lanjutkan menjilat seluruh
permukaan memeknya dari bawah.
Uh, benar pemirsa, siapa tahan melihat barang
bagus dan cantik ini. Yang
luar biasa, aku yakin dia masih perawan. Bentuk
kemaluannya menggelembung
dan benar benar seperti belum pernah tersentuh
benda tumpul lain. “Anne..
kamu masih perawan sayang..” “Iya, John.. gue
belum pernah..” “Iya, kamu
harus jaga sampai kamu menikah..” “Gue gak
tahan John, cepetan sayang..”
Sungguh, meski banyak kesempatan aku belum
pernah berpikir memerawani
cewek baik seperti Anne ini, kecuali istriku. Wanita
yang kutahu sedang
stress dan sedang mencari pelarian sesaat ini
harus ditenangkan. Akan
buruk akibatnya ketika dia sadar bahwa
keperawanannya diberikan kepada
orang lain yang bukan suaminya. Aku percaya
jika sudah mencapai orgasme
dia justru akan berterima kasih dan
menginginkannya lagi. Kembali
kujelajahi kemaluannya. Cepat cepat aku jilat
berulang ulang klitorisnya.
Dan sodara pemirsa, apa kataku, pantatnya tiba
tiba menekan keras wajahku
dan mengejang beberapa kali..lalu mengendur.
“Uuhh.. gue nyampe Johnn..
aahh.. uhh.. uhh..” Masih dalam posisi 69, Anne
terdiam sesaat, kulihat
kemaluannya masih merekah merah. Perlahan ia
mulai bangkit dan mngecup
bibirku. “Sorry sayang, gue duluan..” “No
problem Anne.. kamu merasa
mendingan?” Ia mengangguk, memelukku dan
mencium bibirku. “Terima kasih
John, elo emang hebat..” “Iya nih, Ann, gue minta
maaf jadi telanjur
begini..” “Gak Papa kok, gue juga senang..” Kami
mengobrol sebentar namun
tangannya masih menyentuh nyentuh batangku.
Ia mengambilkanku minuman dan
menyorongkan gelas ke bibirku. Ketika
tegukan terakhir habis, bibirku perlahan
mengulum bibirnya. Putingnya
mulai mengeras dan aku mulai aksi sedot
menyedot seperti bayi. Anne
kembali menggelijang. Aku bisikkan perlahan,
“Anne.. gue pengen
menggendong kamu sayang”. “Hmm..mulai
nakal ya..” katanya dan merentangkan
tangannya. Aku peluk dan angkat dia lalu
kusenderkan ke dinding dekat meja
rias. Dari balik cermin kulihat pantatnya yang
montok dan mulus itu,
membuat gairahku meledak ledak. Dengan posisi
berdiri, tubuhnya sungguh
seksi. Aku perhatikan dari atas ke bawah,
sungguh proporsional tubuhnya.
Segera kusedot putingnya dan jariku sebelah kiri
segera mengelus rimbunan
hutan lebatnya. Basah, hmm..dia mulai naik lagi.
Klentitnya kupilin pilin
pelan dan Anne mendesis seperti ular. Making
love sambil berdiri adalah
posisi favoritku selain 69.
Perlahan sebelah kakinya kuangkat ke kursi
pendek meja rias dan
terlihatlah belahan memeknya yang merah
merekah, indah dan seksi sekali
Kuturunkan kepalaku dan segera kutelusuri paha
bawahnya dengan lidahku.
Dari bawah aku lihat wajahnya mendongak ke
atas menahankan nikmat. Sungguh
saat itu Anne kelihatan sangat seksi. Sebelum
lidahku mencapai
kelentitnya, aku sibakkan labia mayoranya dengan
kedua Ibu jari. Hmm..
sungguh harum. “Cepat John.. gue udah gak
tahan.. jilat sayang.. jilat..”
Benar benar nikmat melihatnya tersiksa, namun
sebetulnya aku lebih
tersiksa lagi karena batangku sudah mengeras
bagaikan batu. Aku nyaris tak
bisa menahan klimaks, namun aku harus
membuatnya orgasme untuk kedua
kalinya. Benar saja, begitu lidahku menyedot
klitorisnya, Anne langsung
mengejang dan berteriak pertanda orgasme.
Kusedot habis cairannya.
Luar biasa, aku menikmati ekspresinya ketika
mencapai orgasme dan itu
jugalah puncak orgasmeku. Cepat aku berdiri dan
aku tekan batangku ke sela
sela pahanya dan seketika muncratlah semua.
crott.. crott..! Wuahh.. “Oh
John, kita keluar bersamaan sayang..” “Iya, enak
banget An.. elo membuat
gue gila..” “Sama.., gue berterima kasih elo
menjaga gue..” “Gue sayang
kamu An..” ***** Pemirsa, begitulah ceritanya.
Tak selamanya seks harus
membobol gawang. Setelah kejadian itu Anne
makin ketagihan. Dia sangat
terkesan bisa mencapai orgasme tanpa merusak
keperawanannya. Dia juga
menyukai posisi 69 dan posisi berdiri yang bisa
mirip 69. Kadang kadang
aku datang ke kantornya dan hanya dengan
mengangkat roknya aku menjelajahi
area area sensitifnya secara cepat dan efisien. Dan
pada saat yang sama
aku juga mencapai orgasme. Masih ada Vina dan
Dina yang ketagihan seperti
Anne. Aku selalu bilang pada wanita wanita
berpendidikan itu bahwa suatu
saat mereka akan menikah dan aku berjanji tidak
akan memerawaninya.
Cukuplah 69!


Adult | GO HOME | Exit
1/1218
U-ON

inc Powered by Xtgem.com